Sunday, September 14, 2025
Home AswajaBuku Tulis SLTP MENGENAL LEMBAGA DAN BANOM NU (SERI SLTP-I)

MENGENAL LEMBAGA DAN BANOM NU (SERI SLTP-I)

by lpmnudiy
0 comment
  1. IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA

Pada 24 Februari 1954, tepat 68 tahun yang lalu organisasi dengan nama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) didirikan di Semarang. IPNU merupakan badan otonom NU untuk kalangan pelajar dan santri dengan usia maksimal 30 tahun. Kelahirannya diawali dengan tumbuhnya organisasi-organisasi yang bersifat local. Pada 11 Oktober 1936, putra-putra warga NU di Surabaya mendirikan perkumpulan bernama Tsamortul Mustafidin. Di kota yang sama, pada 1939 didirkan sebuah perkumpulan yang dinamakan Persatoean Santri NO (Persano). Sedangkan, di Malang lahir sebuah perkumpulan-perkumpulan bernama Persatoean Anak Moerid NO (PAMNO) pada 1941 dan Ikatan Moerid NO pada 1945.  Hal yang sama terjadi di Sumbawa dengan berdirinya Ijtimaul Tolabah NO (ITNO) pada 1946 yang memiliki tim sepak bola bernama Ikatan Sepak Bola Peladjar NO (ISPNO). Sedangkan di Madura pada 1945 didirikan sebuah perkumpulan bernama Syubbanui Muslimin. Perkumpulan pelajar yang lahir pada masa revolusi kemerdekaan merupakan upaya dari kalangan pesantren untuk membantu perjuangan kemerdekaan.

Sesuai revolusi fisik. Aktivitas organisasi-organisasi yang bersifat local tersebut mulai menurun. Namun, gagasan untuk menyatukannya dalam sebuah wadah bersama yang sifatnya nasional di bawah naungan NU justru semakin berkembang.  Beberapa embrio IPNU yang didirikan pada 1950-an di antaranya: Ikatan Siswa Muballighin NO (Iksimno) di Semarang (1952), Persatuan Peladjar NO (Perpeno) di Kediri (1953), Ikatan Peladjar Islam NO (IPINO) di Bangil (1953), Ikatan Pelajar NO (IPNO) di Medan (1954).

Gagasan pembentukan wadah tunggal di tingkat nasional kemudian dismapaikan dalam Konferensi Besar LP Ma’arif NU pada Februari 1954 di Semarang. Para penyampai ide adalah para pelajar dari Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang yaitu M Softan Kholil, Mustahal, Ahmad Masyhud, dan Abdulghani Farida. Akhirnya, pada 20 Jumadil Akhir 1373 H/24 Februari 1954 M, Konferensi Besar menyetujui beridirinya organisasi Ikatan Peladjar Nadhlatul Ulama (IPNU) dan mengangkat Mohammad Tolchah Mansoer yang saat itu tidak hadir sebagai Ketua Pimpinan Pusat.

Konferensi juga memutuskan bahwa IPNU berasaskan Ahlussunnah wal Jama’ah dan hanya beranggotakan putra saja yang berasal dari pesantren, madrasah, sekolah umum, serta perguruan tinggi. Tujuan IPNU adalah menegakkan dan menyiarkan agama Islam, meninggikan dan menyempurnakan pendidikan serta ajaran-ajaran Islam, dan menghimpun seluruh potensi pelajar Islam yang berpaham Aswaja tidak hanya mereka yang berasal dari sekolah-sekolah NU.  IPNU ketika didirikan adalah anak asuhan LP Ma’arif NU, baru pada Kongres IPNU ke-6 di Surabaya, IPNU menjadi badan otonom di bawah PBNU. Kongres IPNU pada 29 Januari hingga 1 Februari 1988 di Pesantren Mambaul Ma’arif, Denanyar, Jombang, secara resmi mengubah asas organisasi IPNU-IPPNU menjadi Pancasila. Pada kongres ini, KH Abdurrahman Wahid juga mengusulkan penggabungan IPNU-IPPNU menjadi Ikatan Remaja Nahdlatul Ulama (IRNU). Usulan ini menjadi kontroversi sampai akhirnya disepakati bahwa keduanya dipisahkan. Tetapi tetap terjadi perubahan nama menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Putri-putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Dengan perubahan posisi sebagai organisasi pemuda, IPNU-IPPNU melangkah dalam wadah Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI).

banner

PBNU kemudian mengusulkan kembalinya IPNU dan IPPNU menjadi organisasi pelajar dalam Muktamar NU ke-30 di Lirboyo, Kediri (1999). Usulan tersebut baru secara resmi diputuskan dalam Kongres IPNU-IPPNU di Asrama Haji Sukolilo pada 2003. Inilah era baru kembalinya IPNU-IPPNU mnejadi organisasi pelajar yang merupakan khittahnya ketika didirikan.

Referensi: https://jabar.nu.or.id/sejarah/harlah-dan-sejarah-berdirinya-ipnu-C7hp1

  • IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA

Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) merupakan badan otonom Nahdlatul Ulama untuk kelompok pelajar putri. Organisasi ini didirikan pada tanggal 2 Maret 1953 di Malang, Jawa Timur. Mula-mula, IPPNU didirikan untuk melakukan pembinaan dan pengkaderan terhadap remaja putri NU yang masih duduk di bangku sekolah madrasah tingkat menengah dan tingkat atas serta santri putri yang statusnya setaraf dengan sekolah-sekolah tersebut.

Pada perkembangan berikutnya, sesuai dengan kondisi zaman, pada tahun 1988, organisasi ini berubah menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Hal ini membuat sasaran organisasi IPPNU tidak lagi hanya terbatas pada pelajar putri melainkan semua putri NU.

Namun, perubahan akronim ini selanjutnya telah disalah artikan menjadi gerakan bebas yang bias merembet pada politik praktis sehingga cita-cita awal yang harus diperjuangkan menjadi terbengkalai dan visi intelektual yang selama ini menjadi ghiroh bagi perjuangan IPPNU menjadi pudar.

Akhirnya pada tahun 2003, IPPNU kembali ke khittah untuk menegakkan perjuangannya pada cita-cita awal, yaitu pelajar putri dengan mengubah kembali kepanjangannya menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.

Namun, interpretasi pelajar di tahun 2003 berbeda dengan pelajar putri yang dimaksudkan pada tahun 1955. Pelajar putri yang dikandung pada tahun 2003 diartikan sebagai sebuah komunitas generasi muda yang mengawal visi intelekual kepelajaran yang memiliki fase usia antara 12-30 tahun.

Kebijakan ini sudah memasuki periode ketiga dalam kepengurusan Pimpinan Pusat IPPNU (sejak 2003-2009), tetapi untuk realisasi dan konsolidasi yang dilakukan belum maksimal. Maka dalam forum Rakernas IPPNU tahun 2010, merekomendasikan peremajaan usia untuk anggota IPPNU adalah 27 tahun dan garapan organisasi difokuskan pada pelajar dan santri.

Pengumuman berdirinya IPPNU Bermula dari perbincangan  ringan yang dilakukan oleh beberapa remaja putri yang tengah menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar ke-20 NU di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan nahdliyat.  Dalam forum tertinggi NU itu, Muslimat NU, Fatayat NU, GP Ansor, dan banom NU lainnya sepakat untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada Kongres IPNU di Malang, Jawa Timur. Selanjutnya disepakati dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di kongres Malang dinamakan IPNU putri.

Dalam suasana kongres ternyata keberadaan IPNU putri tampaknya masih diperdebatkan secara alot. Semula direncanakan secara administratif hanya menjadi departemen di dalam tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi dengan pengurus PP IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas  IPNU hanya untuk pelajar putra.  Melihat hasil tersebut maka pada hari kedua kongres, peserta putri yang hanya diwakili lima daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang, dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan dua jajaran di oengurus badan otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yaitu PB Ma’arif. (saat itu dipimpin bapak KH Syukri Ghazali) dan Ketua PP Muslimat NU Hj Mahmudah Mawardi.  Dalam pembicaraan selama beberapa hari itu, telah membuat keputusan untuk membentuk organisasi IPNU Putri secara organisatoris dan administratif terpisah dengan IPNU. Tanggal 02 Maret 1955M/08 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU Putri.  Untuk menjalankan roda orgnisasi dan upaya pembentukan cabang ditetapkan Umroh Mahfudhoh sebagai Ketua dan Syamsiyah Muthalib sebagai Sekretaris. PP IPNU Putri berkedudukan di Surakarta, Jawa Tengah.

Kemudian, pengurus IPNU Putri memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU Putri kepada PB Ma’arif NU. Lalu PB Ma’arif NU menyetujui dengan mengubah nama IPNU Putri menjadi IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama).  Sejalan dengan adanya pelaksanaan kongres dari beberapa zaman (kemerdekaan, orla, orba, era reformasi) tentu mengalami berbagai peristiwa, terutama terkait keputusan-keputusan Kongres, dan dalam perjalanan IPNU dari masa ke masa antara lain:

  • Bulan Februari 1956 diadakan konferensi IPPNU di Surakarta. Tanggal 1-4 Januari 1957 pada Muktamar IPNU di Pekalongan IPPNU ikut serta. Acara itu diisi olahraga dan juga menghasilkan lambang IPNU-IPPNU.
  • Tanggal 14-17 Maret 1960 diadakan Konbes 1 di Yogyakarta, membicarakan tentang keorganisasian, kemahasiswaan, pendidikan Islam, serta bahasa Arab.
  • Tahun 1964 dilaksanakan Konbes III bersama IPNU di Pekalongan dengan menghasilkan Doktrin Pekalongan serta mengusulkan agar KH Hasyim Asy’ari sebagai pahlawan nasional.
  • Tanggal 30 Agustus 1966 dalam Kongres di Surabaya IPNU dan IPPNU memohon pada PBNU untuk menerimanya sebagai badan otonom.
  • Tahun 1967 pada Muktamar NU di Bandung. IPPNU resmi dimasukkkan dalam AD/ART NU sebagai badan otonom sampai sekarang.  Pada perkembangan berikutnya nampak pemerintah juga tidak ingin ambil risiko membiarkan dunia akademik terkontaminasi dengan unsur politik manapun sehingga diberlakukan  UU No. 8 tahun 1958 tentang keormasan khusus untuk orgnisasi ekstra pelajar adalah OSIS.

Selama itu IPPNU mengalami stagnasi pengkaderan dan pengurus didominasi para aktivis yang usianya sudah melalui batas. Maka pada kongkres IX IPPNU di Jombang tahun 1987, secara singkat telah merubah perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjangannya Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama telah berubah menjadi Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama.  Bulan Oktober 1990 pada Konbes IPPNU di Lampung menghasilkan citra diri dan pemantapan PPOA IPPNU. Pada kongres X IPPNU tahun 1991 di Pondok Pesantren Al-Wahdah Lasem, Rembang, Jawa Tengah telah menguatkan independensi IPNU dan IPPNU yang merupakan organisasi terpisah.  Tanggal 10-14 Juli 1996 di Pesantren Al Musyaddidah Garut, Jawa Barat mengadakan Kongres XI IPPNU, yang menekankan usia kepemudaan di tubuh IPPNU supaya sejajar dengan organisasi pemuda lainnya.  Konbes pada September 1998 di Jakarta, menghasilkan rekomendasi yang sangat menonjol di era reformasi yaitu bahwa IPPNU menyambut baik pendirian PKB yang tidak menggunakan nama NU.  Tanggal 22-25 Maret 2000, pelaksanaan kongres XII IPPNU di Ujung Pandang (Makassar) telah mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis kepelajaran dan wacana gender.  Tanggal 18-23 Juni 2003 Kongres XIII IPPNU di asrama haji Sukolilo Surabaya mengambalikan IPPNU kepada Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.  Hubungan IPPNU dengan IPNU bahwa IPNU merupakan mitra kerja IPPNU, sedangkan hubungan IPPNU dengan ormas lain, bahwa IPPNU dengan IPNU dengan ormas lain yang tergabung dalam satu wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda (KNPI).

Referensi:  https://jabar.nu.or.id/sejarah/sejarah-berdirinya-ippnu-PR4ad

You may also like

Leave a Comment

LP Ma’arif NU PWNU DIY adalah lembaga otonom Nahdlatul Ulama (NU) di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berfokus pada pengelolaan pendidikan. Sebagai bagian integral dari NU, LP Ma’arif NU PWNU DIY memiliki misi untuk mengembangkan pendidikan berkualitas yang berlandaskan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.

LOCATION

Edtior's Picks

Latest Articles