Home AswajaBuku Tulis SLTA TOKOH NU DI DIY

TOKOH NU DI DIY

by lpmnudiy
0 comment
  • K.H. Asyhari Marzuki

K.H. Asyhari Marzuqi lahir pada hari Selasa Kliwon, 10 November 1939, di Giriloyo, dari pasangan K.H. Ahmad Marzuqi Romli dan Nyai Danisah. Tanggal kelahiran ini merupakan perkiraan yang disampaikan oleh ayahnya, K.H. Ahmad Marzuqi, berdasarkan peristiwa yang terjadi pada waktu itu, yang sering disebut “ancer-ancer” atau petunjuk waktu kelahiran, yang menurut cerita ayahnya bersamaan dengan masuknya tentara Jepang ke Yogyakarta.

Pendidikan K.H. Asyhari Marzuqi dimulai dengan belajar di rumah, di bawah bimbingan kedua orang tuanya, karena ayahnya, K.H. Ahmad Marzuqi Romli, adalah pengasuh pesantren di desa mereka. Ketika Asyhari memasuki usia sekolah, ia mulai bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) di Singosaren. Namun, karena faktor keamanan pada masa pendudukan Jepang di Yogyakarta, sekolah Asyhari sering berpindah tempat. Ia melanjutkan sekolah ke Giriloyo, Imogiri pada kelas 3, kemudian kembali ke Singosaren, pindah lagi ke Puroloyo, Imogiri pada kelas 4 dan 5, dan akhirnya ke Gestrikan untuk kelas 6.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Asyhari melanjutkan ke Pesantren Krapyak, yang pada waktu itu sudah memiliki jenjang pendidikan lengkap, mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), hingga Madrasah Aliyah (MA). Kyai Ali Maksum, pengasuh Pesantren Krapyak, melihat potensi besar pada Asyhari yang sangat cepat dalam menyerap pelajaran. Beliau bahkan meminta agar pendidikan Asyhari dipercepat, sehingga dalam setahun Asyhari bisa naik kelas dua kali.

Setelah itu, Asyhari melanjutkan pendidikan ke IAIN Sunan Kalijaga. Pada tahun 1968, beliau diminta oleh Prof. Hasbi Ashshidiqi untuk membantu mengajar mahasiswa. Pada tahun 1970, Kyai Asyhari diminta untuk mendaftar sebagai dosen tetap di IAIN, namun beliau merasa belum cukup ilmunya dan menolak tawaran tersebut. Kyai Asyhari justru memiliki keinginan yang kuat untuk melanjutkan pendidikan S2 ke Timur Tengah.

banner

Takdir membawanya ke Irak, negeri seribu satu malam, di mana ia bertemu dengan Gus Dur dan Irfan Zidni yang kelak menjadi pengurus PBNU. Kyai Asyhari belajar di Irak hingga tahun 1985. Pada tahun 1986, beliau kembali ke Indonesia dan mendirikan Pesantren Nurul Ummah di atas tanah yang dibeli oleh ayahnya dan tanah wakaf dari H. Anwar.

Setelah kembali dari Baghdad, K.H. Asyhari Marzuqi juga aktif dalam jalur struktural untuk mengembangkan dan melestarikan paham Ahlussunnah wal Jamaah. Beliau memulai kiprahnya dengan mengasuh rubrik “Kaifa La’alla” di Majalah Bangkit pada tahun 1988. Selain itu, beliau juga terlibat dalam Rabithah Ma’ahadil Islamiyyah (RMI), sebuah jaringan pesantren seluruh Nusantara, dan diangkat menjadi Ketua RMI selama periode 1988-1992.

K.H. Asyhari Marzuqi juga memimpin NU DIY bersama H. Sofwan Helmy dari tahun 1992 hingga 2004. Salah satu warisan terbesar beliau yang masih bisa dirasakan hingga kini adalah Pesantren Nurul Ummah yang terletak di Kotagede, Yogyakarta. K.H. Asyhari Marzuqi wafat pada hari Selasa, tanggal 23 Jumadil Akhir 1425 H, atau 10 Agustus 2004, pukul 05.20 WIB di RSU PKU Muhammadiyah. Beliau disemayamkan di Kompleks Pesantren Nurul Ummah di Kotagede, Yogyakarta. https://maps.app.goo.gl/x3zqGGCui8bJ3csb9

You may also like

Leave a Comment

LP Ma’arif NU PWNU DIY adalah lembaga otonom Nahdlatul Ulama (NU) di Daerah Istimewa Yogyakarta yang berfokus pada pengelolaan pendidikan. Sebagai bagian integral dari NU, LP Ma’arif NU PWNU DIY memiliki misi untuk mengembangkan pendidikan berkualitas yang berlandaskan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.

LOCATION

Edtior's Picks

Latest Articles