1. K.H. R. Abdullah Affandi
K.H. R. Abdullah Affandi, atau yang akrab disapa “Mbah Dullah,” adalah salah satu tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU) di Yogyakarta. Beliau merupakan anak keempat dari lima bersaudara, putra K.H. Munawwir dan RA. Mursyidah, pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak, Bantul. K.H. R. Abdullah Affandi lahir pada tahun 1918 di Krapyak. Dari lima bersaudara, hanya beliau dan adiknya, K.H. R. Abdul Qodir, yang bertahan hingga dewasa, sementara tiga kakaknya meninggal ketika masih kecil.
Sejak kecil, K.H. R. Abdullah Affandi belajar langsung kepada ayahnya, K.H. Munawwir, seorang ulama besar yang terkenal di Jawa. Setelah ayahnya wafat, Mbah Dullah bersama K.H. R. Abdul Qodir dan K.H. Ali Maksum melanjutkan kepemimpinan Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak dengan pembagian tugas:
- K.H. R. Abdullah Affandi bertanggung jawab atas urusan sarana dan prasarana serta hubungan eksternal pesantren.
- K.H. R. Abdul Qodir mengasuh tahfidz Al-Qur’an dan mengurus urusan internal pesantren.
- K.H. Ali Maksum menangani pembenahan sistem pendidikan dan pengajaran kitab kuning.
Kerja sama ketiga tokoh ini membawa kemajuan besar bagi Pesantren Al Munawwir Krapyak.Perjuangan Mbah Dullah dalam syiar Islam tidak hanya terbatas di pesantren. Beliau pernah menjabat sebagai Rais Syuriah NU DIY bersama H. Moh. Djamhari. Selain itu, beliau juga pernah menjadi anggota Konstituante (sekarang MPR) pada periode awal berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
K.H. R. Abdullah Affandi wafat pada tahun 1968 dan dimakamkan di kompleks pemakaman Krapyak. Lokasi makamnya dapat ditemukan melalui tautan maps:
https://maps.app.goo.gl/g99wEf7LanEzPjQCA?g_st=ic.
Semoga amal kebaikan beliau diterima di sisi Allah SWT dan terus menjadi teladan bagi generasi penerus.
2. Prof. Mr. R. H. A Soenarjo
Titik awal biografi Prof. Mr. R.H.A. Soenarjo bermula dari Masjid Jamik Kauman Sragen, salah satu masjid tua yang dibangun pada tahun 1817 M oleh seorang penghulu agama pada masa Sunan Pakubuwono IV, Kyai Zaenal Mustopo. Kyai Zaenal Mustopo merupakan kakek dari Prof. Mr. R.H.A. Soenarjo, seorang tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.
Prof. Mr. R.H.A. Soenarjo lahir pada 15 Mei 1908 di Sragen, dari pasangan Raden Imam Nasirudin (Penghulu Raden Ngabehi Imamdipuro) dan R. Ngt. Ismirah. Beliau adalah anak kelima dari sebelas bersaudara.
Sebagai anak seorang petinggi kabupaten, Soenarjo kecil memulai pendidikan di sekolah dasar berbahasa Belanda (Europeesche Legerschol). Setelah tamat dari sekolah dasar, beliau melanjutkan pendidikan di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Setelah lulus dari MULO, ia melanjutkan ke AMS (Algemene Middelbare School). Di Surakarta, ia juga memperdalam ilmu agama di Pesantren Mamba’ul Ulum Jamsaren, di mana ia mengaji kepada K.R.T.P. Tapsiranom di Pengulon Solo.
Setelah tamat di Surakarta, beliau melanjutkan studi di RHS (Rechts Hooge School, sekolah tinggi hukum) di Batavia. Pada tahun 1941, beliau memperoleh gelar Meester in de Rechten (Mr.). Skripsi beliau membahas tentang Pengadilan Tinggi Islam dan segala seluk-beluknya. Di Batavia, Mr. Soenarjo bergaul dengan tokoh-tokoh penting seperti Mohammad Roem, Yusuf Wibisono, dan Syafrudin Prawiranegara.
Karier Mr. Soenarjo dimulai sebagai pegawai di kantor pusat statistik Jakarta, kemudian diangkat sebagai Panitera di Mahkamah Islam Tinggi (Hof Voor Islamitische Zaken). Pada tahun 1946, beliau dipindahkan ke Surakarta, dan pada tahun 1948 diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Agama, bekerja bersama Prof. Dr. A. Rasjidi dan K.H. Fathurrohman Kafrawi. Menteri Agama pada saat itu adalah K.H. Masjkur, seorang tokoh NU.
Saat K.H. Wahid Hasjim menjabat sebagai Menteri Agama, Mr. Soenarjo diangkat sebagai Sekretaris Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri dan memiliki tugas membentuk PTAIN serta menyusun peraturan tentang PTAIN bersama Prof. Dr. Mr. Notonegoro. Kemudian, Mr. Soenarjo terjun ke dunia politik, mewakili Partai Nahdlatul Ulama dan menduduki berbagai jabatan menteri, antara lain:
- Menteri Dalam Negeri mewakili NU dalam kabinet Ali Sostroamidjojo I (01-08-1953 s.d 12-08-1955).
- Menteri Dalam Negeri mewakili NU dalam kabinet Burhanuddin Harahap (12-08-1955 s.d 24-03-1956), yang diikuti dengan mundurnya seluruh menteri dari NU pada 19-01-1956.
- Menteri Dalam Negeri dalam kabinet Ali Sostroamidjojo II (24-03-1956 s.d 09-04-1957), sekaligus merangkap jabatan sebagai Menteri Kehakiman ad interim sejak 09-01-1957.
- Menteri Agraria dalam kabinet Juanda (09-04-1957 s.d 10-07-1959).
- Menteri Agama ad interim dalam kabinet Juanda sejak tahun 1958.
Dalam catatan PWNU DIY, Prof. Mr. R.H.A. Soenarjo pernah memimpin NU DIY bersama K.H. Ali Maksum pada periode 1975-1978. Pada 14 Februari 1996, pukul 19.05 WIB, Prof. Mr. R.H.A. Soenarjo wafat di RS Bethesda Yogyakarta akibat penyakit yang dideritanya. Beliau dimakamkan di dekat istrinya, Hj. Umi Salamah, di Pekuburan SI, Sragen, Jawa Tengah. (https://maps.app.goo.gl/jCPrWN4vqkSCXExu7)